5/30/2011

Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1292, Kerajaan Singosari diserang oleh Raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri. Akibat dari penyerangan itu raja Singosari bernama Kertanegara gugur. Raden Wijaya, seorang keturunan penguasa Singosari bersama istrinya berhasil meloloskan diri. Ia menyeberang ke Madura dan minta bantuan kepada Wiraraja. Atas bantuan Wiraraja, Raden Wijaya dianjurkan kembali ke Kediri untuk pura-pura mengabdikan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan Wiraraja, Jayakatwang menerima pengabdian Raden Wijaya dan ia dihadiahi tanah di hutan Tarik. Dengan bantuan pengikutnya, Raden Wijaya mulai membangun daerah tersebut. Ketika sedang bekerja, salah seorang di antara mereka menemukan buah maja, kemudian dimakannya. Ternyata buah maja itu rasanya pahit. Sejak saat itu, daerah itu disebut Majapahit.

Sementara itu tentara China sebanyak 20.000 orang yang dikirim oleh raja Kubilai Khan mendarat di Tuban. Tujuan kedatangan tentara China, ialah menghukum raja Kertanegara dari Singosari yang telah menghina utusan Kubilai Khan. Pada saat tentara China datang, raja Kertanegara telah lama meninggal dunia. Raja yang berkuasa saat itu ialah Jayakatwang.

Kedatangan tentara China merupakan kesempatan baik bagi Raden Wijaya untuk membalas dendam terhadap Jayakatwang. Raden Wijaya bergabung dengan tentara China. Pertempuran sengit pun terjadi tentara Kediri dapat dikalahkan dan Jayakatwang gugur dalam pertempuran itu.

Setelah mengalahkan pasukan Jayakatwang, Raden Wijaya mengatur siasat untuk mengusir tentara China. Raden Wijaya mengadakan pesta perayaan kemenangan secara besar-besaran. Ketika tentara China sedang terlena dan mabuk-mabukan, Raden Wijaya memerintahkan pasukannya untuk menyerang mereka. Mendapat serangan yang mendadak, tentara China tidak berdaya. Banyak di antara mereka yang tewas seketika. Sebagian yang dapat menyelamatkan diri, kembali ke negeri asalnya. Setelah keadaan aman, pada tahun 1293, Raden Wijaya naik tahta menjadi raja Majapahit pertama dengan gelar Kertajasa Jayawardhana.

Kertarejasa memerintah dengan tegas dan bijaksana. Keadaan negara pada masa pemerintahannya menjadi tenang dan aman. Kertarejasa wafat pada tahun 1309, dengan meninggalkan 3 orang anak. Dua orang anak perempuan dari Gayatri yaitu Bhre Kahuripan dan Bhre Daha, dan satu orang anak laki-laki dari Parameswari yaitu Jayanegara.

Setelah Raden Wijaya meninggal, ia digantikan oleh puteranya yang bernama Jayanegara. Pada masa pemerintahan Jayanegara, keadaan dalam negeri Majapahit mengalami kekacauan. Sering terjadi pemberontakan-pemberontakan. Seperti pemberontakan Ranggalawe (1309), pemberontakan Sora (1311), pemberontakan Nambi (1316), dan pemberontakan Kuti (1319).

Karena sering terjadi pemberontakan-pemberontakan itu, maka keadaan negara menjadi tidak aman. Rakyat hidup dalam ketakutan dan dalam keraguan.
Di antara pemberontakan–pemberontakan itu yang paling berbahaya ialah pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti tahun 1319. Mulanya, Kuti adalah seorang Dharmaputera, yaitu pejabat kerajaan yang bertugas mempertahankan kelangsungan mahkota kerajaan. Ketika memberontak, Kuti berhasil menduduki ibu kota kerajaan Majapahit. Karena keadaan kerajaan sangat gawat, Raja Jayanegara, terpaksa menyingkir ke Desa Badander. Raja dikawal pasukan Bhayangkari yang dipimpin oleh seorang perwira bernama Gajah Mada.

Di bawah pimpinan Gajah Mada, pasukan Majapahit berhasil menumpas pemberontakan Kuti. Setelah keadaan aman, Raja Jayanegara kembali ke istana untuk melanjutkan pemerintahan. Atas keahliannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Kahuripan. Kemudian diangkat menjadi Patih Kediri.

Pada tahun 1328, Raja Jayanegara wafat, dengan tidak meninggalkan seorang putera pun. Beliau digantikan oleh Bhre Kahuripan, anak Raden Wijaya dari Gayatri yang telah meninggalkan hidup keduniawian sebagai bhiksuni. Setelah menjadi Raja Bhre Kahuripan, bergelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani.

Pada tahun 1331, timbullah pemberontakan Sadeng. Perdana menteri Majapahit bernama Arya Tadah pada waktu itu sedang sakit. Gajah Mada diangkat sebagai pejabat perdana menteri Majapahit. Ia ditugaskan memimpin pasukan Majapahit menumpas pemberontakan Sadeng. Pasukan Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan itu.

Sebagai penghargaan atas jasa dan keahliannya itu, Gajah Mada diangkat sebagai perdana menteri Majapahit, menggantikan Arya Tadah. Pada saat pelantikannya sebagai perdana menteri, Gajah Mada mengucapdan sumpah yang dikenal dengan nama “Sumpah Palapa”. Isi Sumpah Palapa ialah cita-cita Gajah Mada untuk mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.

Untuk mewujudkan cita-citanya, Gajah Mada membangun angkatan laut yang kuat. Armada angkatan laut Majapahit dipimpin oleh Mpu Nala. Dengan kekuatan armada angkatan lautnya, Majapahit mulai memperluas wilayah kekuasaan. Tahun 1340, Dompo dapat ditakhlukkan, menyusul Bali tahun 1343. Raja Bali bernama Baduhulu, tewas dalam pertempuran itu.

Pada tahun 1350, Tribhuwanatunggadewi, turun tahta dan menyerahkannya kepada anaknya bernama Hayam Wuruk. Ketika itu Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun. Jadi, Hayam Wuruk menjadi raja dalam usia yang masih sangat muda. Setelah naik tahta menjadi raja, Hayam Wuruk bergelar Rajasanegara. Hayam Wuruk adalah raja Majapahit terbesar pada masa pemerintahannya Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.

Dengan bantuan Gajah Mada sebagai perdana menteri, Majapahit terus memperluas wilayah kekuasaannya. Wilayah kekuasaan Majapahit adalah seluruh Nusantara sekarang, ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu. Hubungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan tetangga seperti Thailand atau Muangthai, Myanmar, Kamboja, India, dan China berjalan dengan baik.

Pelabuhan-pelabuhan Majapahit ramai dikunjungi oleh para pedagang dari China, India, dan Persia. Pada waktu itu pelabuhan yang terkenal ialah Ujung Galuh di muara Sungai Berantas, Tuban, Gresik, dan Pasuruan.

Rakyat yang tinggal di daerah pedalaman giat melakukan pertanian. Untuk meningkatkan hasil pertanian, Hayam Wuruk memerintahkan untuk membuat bendungan, tanggul, dan saluran air untuk irigasi. Dengan demikian, Majapahit selain sebagai kerajaan maritim juga sebagai kerajaan agraris. Artinya, sebagian besar masyarakatnya hidup dari bertani atau bercocok tanam.

Selain sebagai seorang prajurit yang gagah berani, Gajah Maja terkenal pula sebagai seorang ahli hukum. Kitab hukum yang disusunnya ialah Kutaramawana yang dipakai sebagai dasar hukum dalam Kerajaan Majapahit.

Gajah Mada meninggal pada tahun 1364. Setelah meninggalnya Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mengalami kesulitan untuk mencari penggantinya. Sejak saat itu Majapahit sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Apalagi setelah Raja Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389, Kerajaan Majapahit semakin tidak menentu.

No comments: